Seorang laki-laki datang kepada Umar
bin Khathab r.a. Raut wajahnya memendam amarah. Ia berjalan dengan tergesa. Ia
datang untuk satu tujuan : mengadukan kedurhakaan anaknya. Anak lelaki itu
didakwa karena kedurhakaanya terhadap bapaknya dan kelalaiannya terhadap
hak-hak orangtuanya.
Umar kemudian mendatangkan anak itu
utnuk didengar kesaksiannya. Pengadilanpun digelar. Surat tuduhan dibacakan.
Kesaksian pun di gelar.
Anak itu melempar sebuah pertanyaan
pembuka, “ Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga mampunyai hak yang harus
diberikan bapaknya?”
“Tentu, “ kata Umar.
Anak itu bertanya lagi, “ Apakah itu
wahai Amirul Mukminin?”Umar menjawab,”Memilihkan ibu, memberikan nama yang
baik, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadanya.”
“Wahai Amirul Mukminin,” anak itu
bermaksud memberikan pembelaan,”sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu
pun di antara itu semua. Ibuku seorang bangsa Ethiopia ketutunan Majusi. Ayahku
memberikan nama Ju’al (kumbang kelapa) kepadaku, dan belum pernah mengajarkan
satu huruf pun dari Al-Kitab!”
Kemudian Umar menoleh kepada laki-laki
itu dan berkata” Engkau telah datang kepadaku untuk mengadukan bahwa anakmu
telah berbuat durhaka kepadamu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum ia
mendurhakaimu. Dan engkau telah berbuat buruk kepadanya, sebelum ia berbuat
buruk kepadamu.
Ternyata, ketidakcerdasan memilih
“Ibu” (Istri) adalah salah satu bentuk kedurhakaan kepada anak, kedurhakaan
yang sudah dimulai sebelum anak lahir. Maka, ketika kita jumpai anak durhaka,
boleh jadi karena kesalahan seorang suami memilih istri yang kelak menjadi ibu
bagi anak-anaknya. Pun, hal ini juga berlaku pada seorang duda beranak yang
hendak mencari istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya.
Mengapa kita mesti selektif memilih
calon ibu bagi anak-anak kita? Karena anak adalah gabungan dari sifat suami
istri. Artinya, sifat, karakter, juga penyakit yang diidap orang-orang tua
berpotensi diturunkan peda anak.
Dunia kedokteran dulu pernah membuang
jauh-jauh sisi keturunan dan genetika saat berbincang mengenai suatu masalah
kesehatan. Tapi, seiring beragam penelitian yang ada, tampaknya kebenaran
kembali bergeser. Bakat yang dibentuk, sesuatu yang diturunkan, sifat yang
diwariskan, tak kalah dominan mencetak fisik dan perilaku seorang anak melalui
beragam cara.
Kita bisa melihat saat para ilmuan
meneliti pewarisan sifat. Dari serangkaian uji, disimpulkan bahwa pewarisan
sifat dari orangtua kepada anaknya bisa melalui beberapa jalan : jalur DNA,
Jalur transfer ide, dan epigenetik.
Sumber :
Zainur, Egha R.2012.Sehat dan Sukses
Pranikah.Pro-U Media:Yogyakarta