Jumat, 31 Oktober 2014

Hidrologi Dalam Al-Quran

HIDROLOGI DALAM AL-QURAN

Ikhwahfillah Rakmakumullah....
Seperti yang kita ketahui bahwa Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peredaran air yang ada di permukaan bumi. Sejak masuk di bangku perkuliahan Jurusan Pendidikan Geografi semester 1 kita sudah dikenalkan dengan suatu sistem peredaran air di bumi yang disebut dengan sklus Hidrologi.
Tapi pernahkah kita berpikir, apakah Al-Quran dan Al-Hadist sebagai hujjah utama kita, ternyata dapat digunakan sebagai rujukan untuk mempelajari Hidrologi?? Ternyata, di dalam Al Quran terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan obyek kajian Hidrologi yaitu ayat-ayat tentang air (113 ayat), hujan (44 ayat), sungai (54 ayat), laut (28 ayat), mata air (23 ayat)

Siapakah yang memulai dan kapan dimulainya siklus Hidrologi...??
Dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa hujan diturunkan dari langit untuk menghidupkan bumi yang telah mati, sehingga sebelum ada hujan tidak ada air sedikitpun, di bumi hanya berupa batu batuan saja. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Ar-rum (30/24). Yang artinya sebagai berikut

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) kekuatan dan harap, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang memperagukan akalnya.”

Selain ayat-ayat yang sudah disebutkan diatas masih terdapat beberapa ayat yang menerangkan bahwa Allah SWT yang menurunkan air hujan dari langit sehingga terdapat air dan keberlangsungan siklus hidrologi di bumi (misal : Q.S :2/22; Q.S : 6/99 ; Q.S :10/24 ; Q.S :14/32). Begitulah Al Quran selslu merupakan petunjuk bagi orang-orang yang berakal dan beriman.

Apakah jumlah air di bumi ini bertambah atau berkurang  ??
Fakta lain yang diberikan dalam  Al Quran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalah Surat Az Zukhruf sebagi berikut :
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Q.S : 43:11)

        Subbhanallah, ternyata penemuan kekekalan energi pada siklus hidrologi oleh para ilmuan terkemuka sekitar abad 19-an sudah disampaikan oleh Rosulullah SAW melalui hadist beliau dan Firman Allah SWT sejak 15 abad yang lalu. Bagaimana  jika seorang ahli meteorologi sudah mengetahui dan paham makna hadist dan firman Allah tersebut dan menjadikannya sebagai hujjah???. Tentu hasil analisis mereka lebih tajam, meyakinkan dan sudah pasti sesuai dengan kehendak Allah.
Demikianlah untuk menjadi Geografi Islam kita tak hanya mempelajari teksbook ilmu kegeografian saja, akan tetapi kita tetap menjadikan AlQQuran sebagai petunjuk dan menganalisis fenomena yang terjadi di bumi, karena sebagai kholifah diatas bumi kita berkewajiban untuk membuktikan dan menjelaskan ayat-ayat Allah. Itulah merupakan ciri-ciri Ulil Albab (Orang yang berfikir logis), seperti yang telah dijelaskan dalam (QS.Ali Imron : 2 : 190-191) yang artinya sebagai berikut :

“190. Sesungguhnua dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191 (yaitu) orang-orang yang mengingat  Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ya tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Kemudian, apa yang membedakan  ilmuan kebumian muslim dan ilmuwan kebumian non-muslim??
Seorang geograf muslim, setelah dia mampu menjelaskan fenomena tersebut melalui isyarat Allah SWT dalam Al Quran, maka ilmuwan kebumian tersebut akan selalu berkata : “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Kemusian tingkat keimanan mereka menjadi lebih tinggi, semakin dekat  kepada Allah,semakin rajin beribadah, dan semakin tumbuh kecintaanya kepada Islam. Inilah yang membedakan dan yang menyebabkan megapa kedudukan geograf yang muslim jauh lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan geograf lain, karena kita jauh berakal dari mereka. 

Sumber : BMKG (Buletin Muslim Kreatif Geografi) Edisi Desember 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar