Minggu, 09 November 2014

JANGAN MEMULAI KEDURHAKAAN KEPADA ANAK


Seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khathab r.a. Raut wajahnya memendam amarah. Ia berjalan dengan tergesa. Ia datang untuk satu tujuan : mengadukan kedurhakaan anaknya. Anak lelaki itu didakwa karena kedurhakaanya terhadap bapaknya dan kelalaiannya terhadap hak-hak orangtuanya.
Umar kemudian mendatangkan anak itu utnuk didengar kesaksiannya. Pengadilanpun digelar. Surat tuduhan dibacakan. Kesaksian pun di gelar.
Anak itu melempar sebuah pertanyaan pembuka, “ Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga mampunyai hak yang harus diberikan bapaknya?”
“Tentu, “ kata Umar.
Anak itu bertanya lagi, “ Apakah itu wahai Amirul Mukminin?”Umar menjawab,”Memilihkan ibu, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadanya.”
“Wahai Amirul Mukminin,” anak itu bermaksud memberikan pembelaan,”sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun di antara itu semua. Ibuku seorang bangsa Ethiopia ketutunan Majusi. Ayahku memberikan nama Ju’al (kumbang kelapa) kepadaku, dan belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari Al-Kitab!”
Kemudian Umar menoleh kepada laki-laki itu dan berkata” Engkau telah datang kepadaku untuk mengadukan bahwa anakmu telah berbuat durhaka kepadamu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Dan engkau telah berbuat buruk kepadanya, sebelum ia berbuat buruk kepadamu.
Ternyata, ketidakcerdasan memilih “Ibu” (Istri) adalah salah satu bentuk kedurhakaan kepada anak, kedurhakaan yang sudah dimulai sebelum anak lahir. Maka, ketika kita jumpai anak durhaka, boleh jadi karena kesalahan seorang suami memilih istri yang kelak menjadi ibu bagi anak-anaknya. Pun, hal ini juga berlaku pada seorang duda beranak yang hendak mencari istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya.
Mengapa kita mesti selektif memilih calon ibu bagi anak-anak kita? Karena anak adalah gabungan dari sifat suami istri. Artinya, sifat, karakter, juga penyakit yang diidap orang-orang tua berpotensi diturunkan peda anak.
Dunia kedokteran dulu pernah membuang jauh-jauh sisi keturunan dan genetika saat berbincang mengenai suatu masalah kesehatan. Tapi, seiring beragam penelitian yang ada, tampaknya kebenaran kembali bergeser. Bakat yang dibentuk, sesuatu yang diturunkan, sifat yang diwariskan, tak kalah dominan mencetak fisik dan perilaku seorang anak melalui beragam cara.
Kita bisa melihat saat para ilmuan meneliti pewarisan sifat. Dari serangkaian uji, disimpulkan bahwa pewarisan sifat dari orangtua kepada anaknya bisa melalui beberapa jalan : jalur DNA, Jalur transfer ide, dan epigenetik.


Sumber : Zainur, Egha R.2012.Sehat dan Sukses Pranikah.Pro-U Media:Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar